Kamis, 23 April 2015

DIAGNOSIS DAN PENANGANAN GLAUKOMA

PENGERTIAN GLAUKOMA 


Glaukoma adalah suatu keadaan tekanan intraokuler atau tekanan dalam bola mata relatif cukup besar untuk menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan menyebabkan kelainan lapang pandang. Akibat dari kebutaan itu akan mempengaruhi kualitas hidup penderita terutama pada usia produktif, sehingga akan berpengaruh juga terhadap sumberdaya manusia pada umumnya.
Kebutaan akibat glaukoma bersifat irreversibel atau menetap tidak seperti kebutaan karena katarak yang dapat diatasi setelah dilakukan operasi pengambilan lensa katarak. Jadi usaha pencegahan kebutaan pada glaukoma bersifat prevensi atau pencegahan kebutaan dengan jalan menemukan dan mengobati atau menangani penderita sedini mungkin. Sayangnya tidak mudah untuk menemukan glaukoma dalam stadium awal karena sebagian besar kasus glaukoma awal tidak memberikan gejala yang berarti bahkan asimptomatik, kalaupun ada gejala biasanya hanya berupa rasa tidak enak di mata, pegal-pegal di mata atau sakit kepala separoh yang ringan.  Gejala-gejala tersebut tidak menyebabkan penderita memeriksakan ke dokter atau paramedis. Disamping ketidaktahuan penderita tentang penyakitnya maka peranan tenaga medis dalam mendiagnosis glaukoma awal juga perlu mendapat perhatian, sehingga dapat menemukan glaukoma dalam stadium dini.


ANATOMI DAN FISIOLOGI HUMOR AKUOS
Humor akuos berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen untuk organ di dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea, disamping itu juga berguna untuk mengangkut zat buangan hasil metabolisme pada kedua organ tersebut. Adanya cairan tersebut akan mempertahankan bentuk mata dan menimbulkan tekanan dalam bola mata/tekanan intra okuler. Tekanan intraokuler inilah yang berperan dalam terjadinya glaukoma sehingga menimbulkan kerusakan pada saraf optik. Humor akuos diproduksi oleh badan silier, masuk ke dalam bilik mata belakang kemudian mengalir ke bilik mata depan melalui pupil. Setelah sampai ke bilik mata depan humor akuos akan meninggalkan bola mata melalui suatu bangunan yang disebut trabekulum yang terletak di sudut iridokornea. Keseimbangan antara produksi dan pengeluaran/ pembuangan humor akuos inilah yang menentukan jumlah humor akuos di dalam bola mata.
Pada penderita dengan dugaan glaukoma harus dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
  1. Biomikroskopi, untuk menentukan kondisi segmen anterior mata, dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah glaukomanya merupakan glaukoma primer atau sekunder.
  2. Gonioskopi, menggunakan lensa gonioskop. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat sudut pembuangan humor akuos sehingga dapat ditentukan jenis glaukomanya sudut terbuka atau tertutup.
  3. Oftalmoskopi, yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan saraf optik berdasarkan penilaian bentuk saraf optik menggunakan alat oftalmoskop direk.
  4. OCT (Optical Coherent Tomography). Alat ini berguna untuk mengukur ketebalan serabut saraf sekitar papil saraf optik sehingga jika terdapat kerusakan dapat segera dideteksi sebelum terjadi kerusakan lapang pandangan, sehingga glaukoma dapat ditemukan dalam stadium dini
  5. Perimetri, alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang pandangan yang disebabkan oleh kerusakan saraf optik.
  6. Tonometri, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur besarnya tekanan bola mata/tekanan intraokuler/TIO.
PENANGANAN GLAUKOMA
Tekanan intraokuler (TIO) merupakan faktor penting pada glaukoma meskipun TIO bukan merupakan penentu pada diagnosis glaukoma. Sebagian besar dari jenis glaukoma mempunyai tekanan intraokuler yang tinggi dan menyebabkan timbulnya gejala rasa sakit di mata bahkan menimbulkan penurunan tajam penglihatan dan kelainan lapang pandang. Pada semua jenis glaukoma akan terjadi kerusakan saraf optik baik pada glaukoma dengan tekanan tinggi maupun dengan tekanan rendah, sampai saat ini hanya penurunan TIO yang telah dibuktikan dapat mencegah kerusakan saraf optik lebih lanjut. Jadi tujuan penanganan glaukoma adalah mempertahankan penglihatan dengan jalan mencegah kerusakan saraf optik lebih berat dengan cara menurunkan TIO sampai ke level “TIO aman”.
Penanganan glaukoma dilakukan berdasarkan kepada prinsip-prinsip di bawah ini:
  1. Makin tinggi TIO, makin besar risiko kerusakan saraf optik.
  2. Terdapat beberapa faktor lain selain TIO yang mempengaruhi kerusakan saraf optk, tetapi faktor tsb belum diketahui dengan jelas.
  3. Pada pasien glaukoma, penurunan tekanan akan menurunkan risiko kerusakan lebih lanjut tetapi belum dapat diketahui pada tekanan berapa kerusakan tersebut berhenti, jadi perlu follow-up terus menerus.
  4. Setiap pengobatan atau tindakan untuk menurunkan TIO pasti mempunyai efek samping dan membutuhkan biaya.
  5. Keberhasilan penanganan glaukoma adalah penurunan TIO secukupnya sehingga selama hidup pasien masih mempunyai penglihatan yang bagus, dengan efek samping sekecil mungkin dan biaya seringan mungkin.
Penurunan TIO dapat dilakukan dengan beberapa cara:
  1. Menurunkan produksi humor akuos ( timolol maleat, inhibitor karbonik anhidrase )
  2. Menambah pembuangan humor akuos ( pilokarpin, analog prostaglandin, trabekuloplasti dg laser )
  3. Merusak badan silier ( siklokrioterapi, siklofotokoagulasi )
  4. Operasi filtrasi (trabekulektomi, pemasangan implant seton, ahmed, molteno.
Diambil dari berbagai sumber, semoga bermanfaat :)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar